Jenis-jenis 3D Printer Yang Tersedia Di Pasaran
Kategori 3D Printer
Pada artikel ini saya akan menjelaskan tentang Jenis-jenis 3D Printer Yang Tersedia Di Pasaran yang harus anda ketahui.
Semua jenis pencetakan 3D didasarkan pada prinsip yang sama yaitu membuat objek dengan menambahkan lapisan pada lapisan sebelumnya.
Sampai saat ini, tidak ada teknologi pencetakan 3D yang akan benar-benar universal dan cocok untuk setiap tujuan. Inilah mengapa penting untuk memutuskan caranya dan untuk tujuan apa Anda akan menggunakan printer.
Untuk mempermudah, mari kita membagi jenis printer 3D menjadi tiga kategori utama yaitu FFF, SLA dan SLS.
FFF (Fused Filament Fabrication)
Printer dengan teknologi FFF, menggunakan untaian plastik yang biasa disebut dengan filament sebagai bahan utamanya.
Umumnya, ukuran diameter filament ini berukuran 1,75 mm dan bisa mencapai 3mm. Untuk ukuran 3mm, memiliki akurasi pencetakannya cukup rendah, dan tidak dianjurkan untuk menggunakannya.
Cara kerja yang paling umum dari sebuah printer 3D FFF adalah sebagai berikut : Sehelai plastik (filament) dilebur oleh elemen pemanas yang ada didalam Heater Block dan diekstrusi oleh kepala cetak (extruder) melalui nozel sehingga menjadi sebuah lapisan.
Ketinggian lapisan biasa (bila menggunakan nosel 0,4 mm) adalah antara 0,05 hingga 0,3 mm.
Printer FFF, gambar ini milik Prusa Reseach |
Dibandingkan dengan resin cair atau bahan bubuk, filamen aman dan mudah untuk digunakan, namun memiliki kelemahannya yaitu lapisan pada objek yang dicetak terlihat dengan jelas (tidak halus).
Selain FFF, terdapat nama lain untuk teknologi ini yaitu FDM (Fused Deposition Modeling), namun FDM adalah merek dagang dari Stratasys.
Teknologi FFF ini paling banyak digunakan serta dan paling terjangkau, cocok untuk pencetakan bagian fungsional / mekanik dan prototipe.
Berdasarkan cara kerja, mesin FFF dibagi atas 3 kategori yaitu:
- Kartesian
- Delta
- Polar
SLA (Stereolitografi)
Printer dengan teknologi SLA menggunakan bahan utama yaitu Resin.
Cara kerjanya yaitu sinar cahaya (laser UV atau LED panel, proyektor DLP) disemburkan/diarahkan/difokuskan ke bahan resin tersebut dengan kekuatan dan jarak pancar tertentu, sheingga resin menjadi keras.
Kelebihan dari printer SLA adalah hasil akhir sangat detail dan hampir mulus sempurna dibandingkan dengan teknologi FFF. Namun kekurangannya adalah membutuhkan waktu yang relatif lama dan volume cetak yang lebih kecil dibanding FFF.
Printer SLA, gambar ini milik Prusa Research |
Selain itu, resin cair memiliki kandungan toksisitas, sehingga tidak dianjurkan menyentuh kulit dan mengiruo uapnya.
Printer ini adalah sangat cocok untuk industri sebagai perhiasan atau obat-obatan.
Kerugian terbesar dari teknologi ini adalah area permukaan cetak yang lebih kecil dan juga toksisitas resin cair.
Kategori mesin SLA berdasarkan pancaran sinarnya, ada 3 kategori lagi yaitu:
- Laser
- DLP (Digital Light Processing)
- MSLA (Masked Stereolithography)
Untuk mengetahui lebih dalam tentang SLA 3D Printer dan komponennya, klik disini.
3. SLS (Selective Laser Sintering)
Jika FFF menggunakan Filament (Solid) dan SLA menggunakan Resin (Cair), maka SLS menggunakan Serbuk halus sebagai bahan utamanya.
Prinsip kerjanya mirip dengan SLA yaitu serbuk tersebut dipadatkan dan dibentuk (tidak dilelehkan) dengan laser. Proses seperti ini disebut dengan sintering.
Printer SLS, gambar ini milik Sinterit |
Teknologi tersebut disebut SLS (Selective Laser Sintering) dan dibandingkan dengan dua sebelumnya, jauh lebih mahal.
Keuntungan jenis ini adalah lapisan hampir tidak dapat dilihat permukaannya, saking mulusnya dan dapat mencetak dengan ukuran yang lebih besar dibandingkan SLA. Namun kerugiannya adalah harganya lebih mahal dibandingkan dengan dua jenis printer 3D diatas.
Salah satu aplikasi dari teknologi ini adalah pada printer 3D metal.
Untuk mengetahui lebih dalam tentang teknologi SLS, silahkan baca pada halaman ini.